BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Populasi adalah kumpulan individu dari suatu jenis
organisme. Pengertian ini dikemukakan untuk menjelaskan bahwa individu-
individu suatu jenis organisme dapat tersebar luas di muka bumi, namun tidak
semuanya dapat saling berhubungan untuk mengadakan perkawinan atau pertukaran
informasi genetik, karena tempatnya terpisah. Individu- individu yang hidup
disuatu tempat tertentu dan antara sesamanya dapat melakukan perkawinan
sehingga dapat mengadakan pertukaran informasi genetik dinyatakan sebagai satu
kelompok yang disebut populasi. Dalam situasi tertentu sekelompok individu ada
kemungkinan secara genetika terisolasi, persilangan hanya memungkinkan terjadi
diantara anggota kelompok itu sendiri. Kelompok organisma-organisma yang
terisolasi tersebut biasanya disebut ”populasi lokal”.
Salah satu jalan suatu populasi
lokal dapat teradaptasi terhadap suatu lingkungan adalah dengan pengembangan
dan pengelolaan diversitas genetikanya melalui reproduksi seksual dalam
populasi. Hasilnya adalah sekelompok atau susunan individu-individu yang
masing-masing berbeda dalam toleransinya terhadap lingkungan, salah satunya ada
kemungkinan mempunyai kemampuan yang sangat baik dalam toleransinya terhadap
kondisi lingkungan yang ekstrim daripada rata-rata anggota populasi
lainnya.Dengan demikian kehetrogenan struktur gena dari anggota populasi
mempersiapkan populasi terhadap kehancurnnya akibat lingkungan, misal terhadap
kemarau yang panjang.
Hal yang sejalan terjadi pula dalam
kurun waktu yang relatif lama dan lamban sebagai reaksi terhadap perubahan
iklim, dalam hal ini bisa ratusan bahkan ribuan tahun. Dengan demikian
keheterogenan struktur gena merupakan cara dalam mempertahankan hidup atau
kelulusan hidup, dan ini sebagai mekanisma teradaptasinya suatu populasi akibat
seleksi alami.
Dalam suatu kawasan yang secara umum
mempunyai kondisi yang relative sama, populasi lokal dari species yang ada
berkecenderungan untuk memperlihatkan toleransi terhadap lingkungan yang
relatif sama pula, tetapi akan berbeda toleransinya dengan species lokal
lainnya (dari species yang sama) yang berada pada kondisi iklim yang berbeda. Jadi suatu ras ekologi adalah juga populasi lokal yang terbentuk oleh
karakteritika individu-individunya.
Dua
pendekatan dalam kajian populasi ini, yaitu melalui ekologi populasi yang
mendalami pertumbuhan suatu populasi dan interaksi diantara populasi-populasi
yang berhubungan erat di dalam pengaruh faktor lingkungan yang terkontrol
ataupun tidak terkontrol.Pendekatan lainnya yaitu mempelajari satu atau lebih
populasi lokal dari suatu species dalam usaha untuk mempelajari genetika
species sebagai penentu toleransinya terhadap kondisi lingkungannya, kajian ini
disebut ekologi gena atau ekologi fisiologi perbandingan.
Dengan penjabaran diatas maka dapat
diambil suatu masalah yang akan dijabarkan pada rumusan masalah.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Bagaimana
bunyi dari hukum Liebing- Shelford?
b. Apa yang
dimadsud distribusi dan dispersal?
c. Apa saja
persebaran temporal 7 spasial kelangkaan?
1.3
Tujuan
Dari rumusan masalah diatas dapat diambil 3 tujuan dalam
pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
a.
Dapat
menguraikan bunyi hukum Liebig- Shelford.
b.
Dapat
menguraikan distribusi dan dispersal.
c.
Dapat
menguraikan persebaran temporal 7 spasial kelangkaan.
1.4
Manfaat
Adapun
maanfaat yang dapat di petik dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
a.
Untuk
mengetahui bunyi dari hokum Liebig-Shelford.
b.
Untuk
mengetahui distribusi dan dispersal.
c.
Untuk
mengetahui persebaran 7 spasial kelangkaan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Faktor
Pembatas
Setiap organisme didalam habitatnya
selalu dipengaruhi oleh berbagai hal disekelilingnya. Setiap faktor yang
berpengaruh terhadap kehidupan organisme tersebut disebut faktor lingkungan.
Lingkungan mempunyai dimensi ruang dan waktu, yang berarti kondisi lingkungan
tidak mungkin seragam baik dalam arti ruang maupun waktu. Kondisi lingkungan
akan berubah sejalan dengan perubahan ruang, dan akan berubah pula sejalan
dengan waktu. Organisme hidup akan bereaksi terhadap variasi lingkungan ini ,sehingga
hubungan nyata antara lingkungan dan organisme hidup ini akan membentuk
komunitas dan ekosistem tertentu, baik berdasarkan ruang maupun waktu.Ada dua
hukum yang berkenaan dengan faktor lingkungan sebagai faktor pembatas bagi
organisme , yaitu Hukum Minimum Liebig
dan Hukum Toleransi Shelford.
1.
Hukum Minimum Liebig
Hasil panen dibatasi oleh nutrisi yang diperlukan dalam
jumlah kecil dan bukan ditentukan oleh nutrisi yang diperlukan dalam jumlah
besar, hal ini dikemukakan oleh Justus von Liebing (1940) . Jadi ada faktor
penentu yang membatasi produktifitas. Hukum minimum Liebig menyatakan bahwa “
Pertumbuhan tergantung kepada sejumlah bahan nutrisi yang berada dalam jumlah
sedikit sekali”
Terdapat 2 (dua) ketentuan yang
berhubungan dengan hokum minimum Liebig adalah sebagai berikut :
a. Hukum minimum berlaku hanya dalam
kondisi steady state (seimbang).
b. Hukum minimum harus mempertimbangkan
adanya interaksi antar faktor lingkungan.
2.
Hukum Toleransi Shelford
“Suatu
faktor atau beberapa faktor dikatakan penting apabila pada waktu tertentu
faktor atau faktor-faktor itu sangat mempengaruhi hidup dan perkembangan organisme,
karena terdapat dalam batas minimum, maksimum dan optimum menurut batas-batas
toleransi dari organisme tersebut”. Konsep ini dikemukakan oleh Shelford
(1913). Jadi tidak hanya terlalu sedikit saja sesuatu itu merupakan faktor
pembatas, akan tetapi juga dalam keadaan terlalu banyak faktor juga
merupakan pembatasan misalnya faktor-faktor panas, sinar, dan air. jadi
organisme memiliki maksimum dan minimum ekologi, dengan kisaran di antaranya
merupakan batas-batas toleransi.
Dengan
kata lain, besar populasi dan penyebaran suatu jenis makhluk hidup dapat
dikendalikan dengan faktor yang melampaui batas toleransi maksimum atau minimum
dan mendekati batas toleransi maka makhluk hidup atau populasi itu akan berada
dalam keadaan tertekan /stres sehingga apabila melampaui batas itu yaitu lebih
rendah dari batas toleransi minimum atau lebih tinggi dari batas tolerensi
maksimum maka makhluk itu akan mati dan populasinya akan punah dari sistem
tersebut.
Telah kita
ketahi bahwa bila suatu faktor pembatas dapat diatasi maka akan timbul faktor
pembatas lain. Bila salah satu dari faktor lingkungan kita berubah, perubahan
ini akan memperngaruhi atau mengubah komponen-komponen lain. Contohnya, bila
suhu udara dalam rumah kaca dinaikkan 10˚C maka udara di dalam rumah kaca
mengandung lebih banyak uap air. tekanan uap air dari permukaan cairan dalam
ruangan akan bertambah, akibatnya laju transpirasi penguapan akan meningkat.
Hal ini juga akan meningkakan laju transpirasi sehingga absorpsi air akan niak
pula. Kadar air tanah menjadi berkurang, lebih banyak udara masuk ke dalam
tanah dan menyebabkan tanah menjadi semakin kering. Reaksi berantai ini
dapat berulang-ulang.
Walaupun
pertumbuhan suatu individu atau sekelompok organisme dipengaruhi oleh faktor
pembatas, namun tidak dapat disangkal bahwa lingkungan benar-benar merupakan
suatu kumpulan dari macam-macam faktor yang saling berinteraksi. Yakni jika
satu faktor berubah maka hampir semua faktor lainnya ikut berubah.
Di dalam
hukum toleransi Shelford dikatakan bahwa besar populasi dan penyebaran suatu
jenis makhluk hidup dapat dikendalikan dengan faktor yang melampaui batas
toleransi maksimum atau minimum dan mendekati batas toleransi maka populasi
atau makhluk hidup itu akan berada dalam keadaan tertekan (stress), sehingga
apabila melampaui batas itu yaitu lebih rendah dari batas toleransi minimum
atau lebih tinggi dari batas toleransi maksimum, maka makhluk hidup itu akan
mati dan populasinya akan punah dari sistem tersebut. Untuk menyatakan derajat
toleransi sering dipakai istilah steno untuk sempit dan euri untuk luas.
Cahaya, temperatur dan air secara ekologis merupakan faktor lingkungan yang
penting untuk daratan, sedangkan cahaya, temperatur dan kadar garam merupakan
faktor lingkungan yang penting untuk lautan. Semua faktor fisik alami tidak
hanya merupakan faktor pembatas dalam arti yang merugikan akan tetapi juga
merupakan faktor pengatur dalam arti yang menguntungkan sehingga komunitas
selalu dalam keadaan keseimbangan atau homeostatis.
Beberapa prinsip hokum toleransi dapar dinyatakan sebagai berikut:
a.
Suatu organism dapat tolerant terhadap suatu factor lingkungan tapi tidak toleran
terhadap factor lingkungan lainnya.
b.
Jenis organism yang mempunyai kirasan toleransi yang
luas untuk berbagai factor akan menyebar secara luas.
c.
Fase reproduksi ( telur, embrio) mempunyai kisaran
yang sempit jika dibandingkan fase dewasanya.
d.
Reaksi organism terhadap factor lingkungan tetap
mempunyai hubungan yang erat dengan kondisi lingkungan lainnya.
e.
Akibat kompetisi ataupun tak tolerant terhadap suatu
factor lingkungan, maka organisme hidup pada kondisi yang tak optimum.
Derajat
toleransi dalam ekologi memakai awalan steno yang berarti sempit dan eury yang
berarti luas , misalnya :
a. Stenotermal – eurytermal berhubungan
dengan tempratur.
b. Stenohydric – euryhydric berhubungan
dengan air.
c. Stenohaline – euryhaline berhubungan
dengan garam.
d. Stenophagic – euryphagic berhubungan
dengan makanan.
e. Stenoecious – euryecious berhubungan
dengan seleksi habitat.
3. Faktor Fisik sebagai Faktor Pembatas
Lingkungan
mikro merupakan suatu habitat organisme yang mempunyai hubungan faktor-faktor
fisiknya dengan lingkungan sekitar yang banyak dipengaruhi oleh iklim mikro dan
perbedaan topografi. Perbedaan iklim mikro ini dapat menghasilkan komunitas
yang berbeda. Suatu faktor lingkungan sering menentukan organisme yang akan
ditemukan pada suatu daerah. Karena suatu faktor lingkungan sering menentukan
organisme yang akan ditemukan pada suatu daerah, maka sebaliknya dapat
ditentukan keadaan lingkungan fisik dari organisme yang ditemukan pada suatu
daerah. Organisme inilah yang disebut indikator ekologi (indikator biologi).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan indikator biologi
adalah:
a. Umumnya organisme steno, yang
merupakan indikator yang lebih baik dari pada organisme euri. Jenis tanaman
indikator ini sering bukan merupakan organisme yang terbanyak dalam suatu
komunitas.
b. Spesies atau jenis yang besar
umumnya merupakan indikator yang lebih baik dari pada spesies yang kecil,
karena spesies dengan anggota organisme yang besar mempunyai biomassa yang
besar pada umumnya lebih stabil. Juga karena turnover rate organisme kecil
sekarang yang ada/hidup mungkin besok sudah tidak ada/mati. Oleh karena itu,
tidak ada spesies algae yang dipakai sebagai indikator ekologi.
c. Sebelum yakin terhadap satu spesies
atau kelompok spesies yang akan digunakan sebagai indikator, seharusnya
kelimpahannya di alam telah diketahui terlebih dahulu.
d. Semakin banyak hubungan antar spesies,
populasi atau komunitas seringkali menjadi faktor yang semakin baik apabila
dibandingkan dengan menggunakan satu spesies.
Semua factor lingkungan dapat
bertindak sebagai faktor pembatas bagi suatu organisme, baik secara bersamaan
ataupun sendiri-sendiri. Beberapa faktor lingkungan yang sering menjadi faktor
pembatas bagi organisme secara umum adalah sebagai berikut :
a.
Cahaya Matahari
Cahaya
Matahari merupakan faktor lingkungan yang sangat penting, karena sebagai sumber
energi utama bagi seluruh ekosistem. Struktur dan fungsi dari suatu ekosistem
sangat ditentukan oleh radiasi matahariyang sampai pada ekosistem tersebut.
Cahaya matahari, baik dalam jumlah sedikit maupun banyak dapat menjadi faktor
pembatas bagi organisme tertentu. Protoplasma
yang terbuka langsung kena cahaya menyebabkan kematian cahaya adalah sumber
energi, cahaya bukan hanya faktor yang vital, tetapi juga suatu pembatas pada
kedua tingkat maksimum dan minimum. Oleh karena itu cahaya sebagai faktor
pembatas dan pengontrol. Radiasi terdiri atas gelombang-gelombang
elektromagnetik.
b.
Suhu
Suhu
merupakan faktor lingkungan yang dapat berperan langsung maupun tidak langsung
terhadap suatu organisme. Suhu berperan dalam mengontrol proses-proses
metabolisme dalam tubuh serta berpengaruh terhadap faktor-faktor lainnya
terutama suplai air. Beberapa organisme
dapat hidup pada temperatur yang rendah sekali. Sedangkan beberapa
microorganisme, terutama bakteri dan algae dapat hidup dan berkembang pada
musim-musim semi yang panas kira-kira 880C dan untuk ganggang lainnya 800C.
Dibandingkan untuk toleransi ikan dan serangga 500C. Organisme yang
hidup di air pada umumnya mempunyai batas toleransi yang lebih sempit terhadap
temperatur dari pada binatang yang hidup di darat, sehingga temperatur penting
dan sering kali merupakan faktor pembatas. Temperatur, cahaya, kelembaban, air,
pasang surut umumnya mengontrol kegiatan-kegiatan harian tumbuhan dan binatang.
Temperatur berperanan dalam pengwilayahan dan sertifikasi di lingkungan
perairan dan daratan. Organisme dipengaruhi oleh temperatur yang bervariasi yang
cendrung tertekan, terhalang atau terhambat oleh temperatur yang tetap.
Shelford (1929) menemui bahwa telur, larva atau pupa kupu-kupu berkembang 7
sampai 8 persen lebih cepat di bawah temperatur yang tetap. Organisme peka
terhadap perubahan-perubahan temperatur, sehingga bersifat sebagai faktor
pembatas.
Tumbuhan
dan binatang terutama komunitas sanggup mengkompensasi atau menyesuaikan
terhadap temperatur.
Semua proses-proses kimia dalam metabolisme termasuk proses-proses fisis seperti difusi, pengendapan pada pembentukan dinding sel tergantung pada temperatur serta dipercepat dengan kenaikan temperatur sampai optimum. Kalau temperatur melampaui minimum, pernafasan dapat berhenti dan menyebabkan kematian. Pengaruh temperatur di dalam metabolisme, tidak hanya tentang lajunya tetapi juga mengenai produk yang dihasilkannya. Pengaruh temperatur tampak juga pada perkecambahan dan susunan jenis vegetasi. Perbedaan dalam penyesuaian temperatur mengakibatkan adanya zonasi yang horizontal dan vertikal.
Semua proses-proses kimia dalam metabolisme termasuk proses-proses fisis seperti difusi, pengendapan pada pembentukan dinding sel tergantung pada temperatur serta dipercepat dengan kenaikan temperatur sampai optimum. Kalau temperatur melampaui minimum, pernafasan dapat berhenti dan menyebabkan kematian. Pengaruh temperatur di dalam metabolisme, tidak hanya tentang lajunya tetapi juga mengenai produk yang dihasilkannya. Pengaruh temperatur tampak juga pada perkecambahan dan susunan jenis vegetasi. Perbedaan dalam penyesuaian temperatur mengakibatkan adanya zonasi yang horizontal dan vertikal.
c.
Air
Air merupakan
faktor lingkungan yang sangat penting, karena semua organisme hidup memerlukan
air. Air dalam biosfer ini jumlahnya terbatas dan dapat berubah-ubah karena
proses sirkulasinya. Siklus air dibumi sangat berpengaruh terhadap ketersediaan
air tawar pada setiap ekosistem pada akhirnya akan menentukan jumlah keragaman
organisme yang dapat hidup dalam ekosistem tersebut.
Air untuk
fungsi fisiologis perlu bagi semua protoplasma. Dari sudut ekologis terutama
sebagai faktor pembatas curah hujan sebagian besar ditentukan oleh geografi dan
pola gerakan udara yang besar atau sistem iklim. Angin mengandung kelembaban
bertiup dari laut menjatuhkan kelembabannya pada lereng-lereng yang menghadap
ke laut. Penyebaran curah hujan sepanjang tahun merupakan faktor pembatas yang
sangat penting untuk organisme.
d.
Ketinggian Tempat
Ketinggian
suatu tempat diukur mulai dari permukaan air laut. Semakin tinggi suatu tempat,
keragaman gas-gas udara semakin rendah sehingga suhu suhu udara semakin rendah.
e. Kuat
Arus
Kuat arus
dalam suatu perairan sungai sangat menentukan kondisi substrat dasar sungai,
suhu air, kadar oksigen, dan kemampuan organisme untuk mempertahankan posisinya
diperairan tersebut. Semakin kuat arus air, semakin berat organisme dalam
mempertahankan posisinya.
2.2 Distribusi
dan Dispersal
Tidak ada spesies hewan yang terdapat
secara beragam di seluruh penjuru dunia, tetapi masing – masing di batasi
dengan kisaran tertentu, atau area distribusi.ilmu yang mempelajari distribusi
hewan dan faktor yang mengendalikanya di kenal dengan zoogeografi. Distribusi
geografis menyakngiut hubungan sepasial, penghalang dan kesempatan pembubaran,
dan sejarah semula, sedangkan distribusi ekologi di tentukan terutama oleh
faktor lain yang di jelaskan sebulumnya. Semua hewan yang hhidup di area tertentu, besar atau kecil, secara bersama
sama disebut fauna. Keseluruhan luas daratan atau perairan maupun spesies
terdapat disebut kisaran geografisnya.
a.
Faktor yang mengatur distribusi
Faktor lain
seperti kommpetisi, musuh, penyakit , kekurangan makanan, cuaca musiman yang
tidak cocok, dan penurunan jumlah tempat berlindung yang tersedia menyebabkan
pengurangan populasi. distribusi semua hewan, dari protozoa sampai manusia
akibatnya lebih bersifat dinamais. Dari pada statis dan selalu menjadi subjek untuk perubahan.
Faktor luar yang membasi distribusi disebut penghalang. Hal ini termasuk
penghalang fisik, penghalang iklim dan penghalang biologis.
b.
Metode distribusi
Distribusi
hewan sekarang ini merupakan hasil penggabungan dari penghalang yang ada dan
kondisi lingkungan di masa lalu.
Pola penyebaran ini terdiri atas tiga pola dasar yaitu
:
1. Pola penyebaran bergerombol
Dalam beberapa kasus, ditemukan pula
penyebaran bergerombol seragam dan bergerombol secara acak. Pola berberombol
merupakan pola yang umum terjadi.Individu-individu perlu bergerombol karena
kondisi lingkungan umumnya berfluktuasi tetapi masih dapat ditoleransi
sementara tingkat persaingan di antara sesame individu tidak terlalu ketat.
2. Pola penyebaran seragam
Pola
penyebaran seragam dapat terjadi bila persaingan yang amat ketat di antara
individu-individu, sehingga setiap individu berupaya memperoleh pembagian ruang
yang sama.
3. Pola penyebaran acak
Penyebaran acak sangat jarang
terjadi di alam.Umumnya hanya terjadi bila kondisi lingkungan sangat seragam.
Dispersal sebenarnya berasal dari istilah ekologi untuk
menggambarkan penyebaran organisme dari tempat asalnya. Kebiasaan untuk
melakukan dispersal terjadi
pada sebagian individu organisme baik tumbuhan, hewan, dan juga pada manusia.
Dispersal (sebaran) adalah gerakan individu atau bentuk kecilnya (misalnya
spora, biji, telur, kista, larva dan sebagianya) kedalam atau keluar populasi
atau daerah populasi. Bentuk dispersal tersebut ada 3 macam, yaitu:
a. Emigrasi à gerakan searah keluar
b. Imigrasi à gerakan searah kedalam
c. Migrasi à gerakan periodik berangkat dan
kembali.
Dinamika
sebaran dan pola bagian merupakan salah satu bagian ekologi geografik disamping
paleoekologik dan pembicaraan tentang bioma.
Dispersal
dapat membantu natalitas dan mortalitas dalam memberikan bentuk dan kerapatan
pada populasi. Dalam banyak hal beberapa individu atau hasil reproduksi secara
tetap masuk ke dalam atau meninggalkan populasi. Seringkali dispersal yang
lambat tersebut pengaruhnya tidak tampak pada keseluruhan populasi (terutama
pada populasi ukuran besar), hal tersebut karena emigrasi mengimbangi imigrasi
atau tambah dan berkurangnya individu diimbangi oleh natalitas dan mortalitas.
Dalam kejadian lain dispersal masal melibatkan perubahan yang cepat dan
mempengaruhi populasi.
Dispersal dipengaruhi oleh hambatan (barrier) dan oleh
daya gerak yang ada dalam individu atau bentuk kecil individu tersebut yang
biasanya dengan istilah vagilitas. Dispersal jarang diukur dalam kajian
populasi. Dalam kebanyakan kejadian dua anasir (emigrasi dan imigrasi) dianggap
sama.
Fenomena penyebaran berbagai jenis makhluk hidup ini bisa
kita lihat, misalnya Pada binatang, kita melihat bagaimana seekor rusa jantan
muda tiba-tiba berjalan sendiri keluar dari lintasan perjalanan kelompoknya dan
mencari arah baru pengembaraannya. Gejala dispersal pada manusia bisa kita
lihat pula pada hijrahnya seseorang dari desa ke kota,
2.3 Persebaran Temporal 7 Spasial Kelangkaan
Individu-individu dalam populasi
tidak hanya menyebar dalam ruang tetapi juga dalam waktu. Penyebaran temporal
dapat berkaitan dengan perubahan hari dari terang dan gelap. Sementara itu
penyebaran temporal hewan lainnya dapat dikarenakan karena perubahan suhu dan
kelemban, musim, siklus bulan, atau siklus pasang surut air laut. Penyebaran
hewan dapat pula berhubungan dengan periode waktu yang lebih panjang seperti
siklus tahunan, tahap-tahap suksesi, atau perubahan evolusi.
Rabinowits
et al. (1986) memecah
konsep tiga kelangkaan menjadi tiga komponen yang mewakili aspek-aspek yang
berbeda dari distribusi dan kelimpahan sejenis mahluk hidup , yaitu kisaran
geogravi, kelimpahan populasi local, dan kekhususan habitat. Ada delapan
kombinasi yang muncul dari ketiga factor tersebut , dan tujuh diantaranya
mempunyai paling sedikit satu atribut kelangkaan. Jenis hewan yang mempunyai
banyak atribut kelangkaan umumnya berada pada resiko kepunahan lebih tinggi
dari pada hewan dengan satu atau tanpa atribut sama sekali.
1. SARANA DAN
PENGHAMBAT PERSEBARAN
a.
Sarana Persebaran
1.
Udara, dalam hal ini
digunakan oleh hewan untuk terbang. Sedangkan hewan menggunakan tekanannya
dalam bentuk perpindahan benih dari satu tempat ke tempat yang lain.
2.
Air, kemampuan
hewan dalam berenang terutama hewan-hewan air menyebabkan perpindahan mudah
terjadi. Benih tumbuhan dapat terangkut dan berpindah tempat dengan
menggunakan media aliran air sungai atau arus laut.
3.
Tanah, sudah jelas.
Hewan dan tumbuhan membutuhkan tanah untuk persebaran.
4.
Pengangkutan Manusia, baik secara sengaja ataupun tidak manusia dapat menyebabkan perpindahan
tumbuhan dan hewan. Seperti tikus yang terperangkap di dalam tas seseorang,
atau mungkin benih kembang sepatu yang melengket si baju seseorang.
b.
Hambatan Persebaran
1.
Hambatan Iklim, keadaan iklim
terutama yang bersifat ekstrim dapat dapat menghambat persebaran misalnya
kondisi temperatur, kelembaban udara dan curah hujan.
2.
Hambatan Edafik (tanah), tanah
sangat berpengaruh bagi tanaman/tumbuhan karena sangat memerlukan unsur-unsur
penting dalam tanah yaitu unsur hara, udara, kandungan air yang cukup. Lapisan
tanah yang tipis dan keras membuat hewan-hewan yang terbiasa menggali tanah dan
bertempat tinggal di dalam tanah memilih mencari daerah yang lapisan tanahnya
tebal dan gembur.
3.
Hambatan Geografis, bentang alam muka bumi dapat menghambat persebaran tumbuhan dan hewan
seperti samudera, padang pasir, sungai dan pegunungan.
4.
Hambatan Biologis, kondisi lingkungan yang cocok untuk hidup serta persediaan bahan makanan
yang melimpah menjadi faktor penghambat tumbuhan dan hewan dalam bermigrasi.
Hal ini berkaitan dengan kecocokan dengan kondisi alam.
2. WILAYAH
PERSEBARAN
a.
Wilayah neartik
Wilayah
Neartik meliputi seluruh wilayah Amerika Utara dan seluruh Greenland. Secara
fisik keadaan lingkungan sangat menarik. Greenland hampir seluruhnya tertutup
oleh salju, sedang bagian timur Amerika Utara merupakan hutan gugur dan bagian
tengah merupakan padang rumput. Di bagian utara terdapat hutan konifer yang
sangat luas. Fauna wilayah Neartik dengan Paleartik mempunyai banyak persamaan
sehingga oleh Heilprin diperkirakan kedua wilayah itu disebut holarctic. Hewan
penghuni wilayah Neartik antara lain kalkun, mocking bird, salamander, bison,
caribau dan muscox. Hewan khas daerah ini antara lain
Bison, Muskox, Burung Kalkun, Caribau, Kambing Gunung, Tikus Berkantung, Puma,
dan hewan yang terdapat diwilayah Paleartik, seperti: Kelinci, Kelelawar,
Anjing, Bajing, dan Burung Gagak.
b.
Wilayah neotropik
Wilayah
Neotropik meliputi Meksiko bagian selatan sampai Amerika bagian tengah dan
Amerika Selatan. Keadaan lingkungannya umumnya beriklim tropis, tetapi sebgain
arah selatan termasuk beriklim sedang. Di wilayah Neotropik banyak terdapat
gunung dan pegunungan. Faunanya beraneka ragam dengan bentuk spesies endemik
burung dan mamalia. Di wilayah ini tidak ditemukan orang utan dan siamang,
serta sangat sedikit kelelawar. Sedangkan insektivora yang ada berupa trenggiling
(Giant anteater) dan go,ongan ungulata (seperti menjangan, babi,
antilop, kuda, dan tapir). Khusus tapir berbeda dengan yang ada di Asia.
Diperkirakan wilayah Neotropik memiliki 155 famili vertebrata darat.
c.
Wilayah Australia
Meliputi
Australia, Selandia Baru, Irian dan pulau-pulau di sekitar daerah Samudera
Pasifik. Wilayah Indonesia bagian timur seperti Irian dan Maluku, termasuk juga
wilayah Australia. Sebagian besar wilayahnya beriklim tropis dan sebagian
kecilnya beriklim sedang. Di wilayah ini tidak ada mamalia berplasenta, ammalia
yang spesifik adalah mamalia berkantong misalnya kanguru. Mamalia yang lain
adalah trenggiling dan koala, sedang burung yang speifik kasuari, cendrawasih
dan kiwi. Hewan lain yang ada adalah kura-kura, buaya, dan katak yang jumlahnya
tidak begitu banyak. Mamalia di wilayah ini berasal dari daerah Eurasia yang
menyebar ke Australia sewaktu Australia bersatu dengan Asia. Tikus dan
kelelawar di kemudian hari menyebar dengan berbagai cara.
d.
Wilayah oriental
Meliputi
benua Asia dengan pulau dan kepulauan yang dekat seperti Sumatra, Sulawesi,
Ceylon, Kepulauan Formosa dan Filipina. Kondisi fisiknya bervariasi dengan
pulau-pulau, sebagian beriklim tropis. Di wilayah ini banyak terdapat hutan
hujan tropis yang kaya akan jenis tumbuhan dan aneka hewan sehingga merupakan
gudang sumber alam hayati dan sumber plasma nutfah. Wilayah ini kaya akan jenis
ikan tawar, sedang amphibi dan reptilia tidak mempunyai kekhususan.
Salamandernya sedikti serta burung-burung dan mamalianya mempunyai hubungan
spesies dengan fauna yang sama di wilayah Ethiopia. Hewan yang spesifik adalah
harimau, gajah, gibo, orang utan, badak bercula satu atau dua, mejangan,
antilop dan tapir. Pada jaman Miosin dan Pliosin wilayah oriental menyatu
dengan wilayah Ethiopia sehinga hewan dan tumbuhan kedua wilayah ini banyak
persamaannya. Samudera dan padang pasir memisahkan keduanya sampai saat ini.
e.
Wilayah paleartik
Wilayah
paleartik meliputi daerah Eurasia, Himalaya, Persia, Afganistan, Afrika,
Inggris dan Jepang. Keadaan lingkungannya bervariasi, memiliki perbedaan suhu
yang tinggi, memiliki perbedaan curah hujan dan dilihat dari permukann tanahnya
mempunyai diversitas yang tinggi. Hewannya bervariasi, di daerah pegunungan
hewannya berkurang, dan reptilnya berhubungan dekat dengan reptilia wlayah
Afrika dan Oriental. Tikus air dari famili Desmaniaceae merupakan hewan
khas wilayah Paleartik. Hewan lain wilayah Paleartik adalah bison dan
kucing kutub.
f.
Wilayah Ethiopia
Wilayah
ethiopia meliputi Afrika sebelah selatan, madagaskar dan Arabia bagian selatan.
Keadaan lingkungan hidupnya seragam, bagian utara berupa gurun Sahara yang
merupakan padang pasir terluas di dunia dan merupakan pembatas efektif wilayah
Ethiopia dengan Paleartik. Hewan di wulayah Ethiopia bervariasi, kurang lebbih
ada 161 vertebrata darat. Hewan yang khusus adalah jerapah, zebra, antilop dan
badak afrika. Hewan-hewannya hampir sama dengan hewan-hewan oriental.
Kompisinya sama, misalnya kucing dan anjing serta golongan primata
seperti lemur, babon, gorila dan simpanse. Jenis ikannya ada yang
termasuk primitif seperti ikan paru-paru. Wilayah ethiopia mempunyai hewan yang
endemik, artinya hewan yang penyebarannya sampai ke wilayah lain, dan
tidak ada hubungannya dengan wilayah di luar ethiopia. Contoh hewan yang
bersifat endemmik adalah ikan, kelas amphibia dan sedikit dari kelas aves.
Hewan yang tidak terdapat di wilayah ethiopia adalah menjagan, berang,
salamander dan katak pohon.
3.
KEPUNAHAN DAN FAKTOR- FAKTOR KEPUANAHAN
Kepunahan dalam biologi berarti hilangnya
keberadaan dari sebuah spesies atau sekelompok takson dari alam. Waktu kepunahan sebuah spesies
ditandai dengan matinya individu terakhir spesies tersebut, walaupun kemampuan
untuk berkembang biak tidak ada lagi sebelumnya. Tetapi dikarenakan wilayah
sebaran sebuah spesies atau takson yang bisa sangat luas, sehingga sangat sulit
untuk menentukan waktu kepunahan. Kepunahan dapat di bagi menjadi tiga,
yaitu :
a)
Punah lokal : pada suatu tempat dan
dapat menyebabkan kepunahan global.
b)
Punah global : diseluruh habitat dan
geografis punah.
c)
Punah di alam : masih tersedia di
kawasan konservasi
Suatu
spesies dinamakan punah bila anggota terakhir dari spesies ini mati. Kepunahan
terjadi bila tidak ada lagi makhluk hidup dari spesies tersebut yang dapat
berkembang biak dan membentuk generasi. Suatu spesies juga disebut fungsional
punah bila beberapa anggotanya masih hidup tetapi tidak mampu berkembang biak,
misalnya karena sudah tua, atau hanya ada satu jenis kelamin.
Di dalam ilmu ekologi, istilah kepunahan dipakai untuk
kepunahan disuatu studi area. Namun demikian, sepsies ini masih bisa ditemukan
di tempat lain. Fenomena ini disebut juga ekstirpasi. Contohnya adalah
penempatan serigala dari tempat lain di Taman Nasional Yellowstone, di Idaho,
Amerika Serikat, dimana sebelumnya serigala sudah punah ditempat itu.
Faktor-faktor yang menyebabkan kepunahan spesies, adalah :
1.
Daya Regenerasi Yang Rendah
Banyak hewan yang butuh waktu lama untuk masuk ke tahap
berkembang biak, biasa memiliki satu anak perkelahiran, butuh waktu lama untuk
merawat anak, sulit untuk kawin, anaknya sulit untuk bertahan hidup hingga
dewasa, dan sebagainya. Tumbuhan tertentu pun juga terkadang membutuhkan
persyaratan situasi dan kondisi yang langka untuk bisa tumbuh berkembang. Hal
tersebut menyulitkan spesies yang memiliki daya regenerasi / memiliki keturunan
rendah untuk memperbanyak dirinya secara signifikan. Berbeda dengan tikus,
ayam, lalat, kelinci, dll yang mudah untuk melakukan regenerasi.
2.
Campur Tangan Manusia
Adanya manusia terkadang menjadi malapetaka bagi
keseimbangan makhluk hidup di suatu tempat. Manusia kadang untuk mendapatkan
sesuatu yang berharga rela membunuh secara membabi buta tanpa memikirkan
regenerasi hewan atau tumbuhan tersebut. Manusia
menyebabkan kepunahan massal keenam dalam sejarah Bumi. Selama lebih dari 540
juta tahun, lima kepunahan spesies skala besar terjadi secara alami. Namun
tindakan manusia, seperti rusaknya habitat, penangkapan dan perburuan
besar-besaran dan, penyebaran virus bisa mengancam kehidupan seluruh spesies
Bumi. Gajah misalnya dibunuh para pemburu hanya untuk diambil gadingnya,
harimau untuk kulitnya, monyet untuk dijadikan binatang peliharaan, dan lain
sebagainya, dan perubahan areal hutan menjadi pemukiman, pertanian dan
perkebunan juga menjadi salah satu penyebab percepatan kepunahan spesies tertentu.
Mungkin di jakarta jaman dulu terdapat banyak spesies lokal, namun seiring
terjadinya perubahan banyak spesies itu hilang atau pindah ke daerah wilayah
lain yang lebih aman.
3.
Bencana Alam Besar
Adanya bencana super dahsyat seperti tumbukan meteor seperti
yang terjadi ketika jaman dinosaurus memungkinkan banyak spesies yang mati dan
punah tanpa ada satu pun yang selamat untuk meneruskan keturunan di bumi. Sama
halnya dengan jika habitat spesies tertentu yang hidup di lokasi yang sempit
terkena bencana besar seperti bancir, kebakaran, tanah longsor, tsunami,
tumbukan meteor, dan lain sebagainya maka kepunahan mungkin tidak akan
terelakkan lagi.
4.
Didesak Populasi Lain Yang Kuat
Kompetisi antar predator seperti macan tutul dengan harimau
mampu membuat pesaing yang lemah akan terdesak ke wilayah lain atau bahkan bisa
mati kelaparan secara masal yang menyebabkan kepunahan.
BAB III PENUTUP
SIMPULAN DAN SARAN
3.1 Simpulan
Dari penjabaran di atas dapat diambil kesimpulan yaitu
sebagai berikut :
a.
Faktor pembatas, faktor
fisikokimia apa pun yang jika kuantitasnya kurang akan menghambat pertumbuhan
organisme untuk tumbuh lebih cepat (hukum minimum Liebig).
b.
Hukum toleransi Shelford, setiap
organisme mempunyai suatu minimum dan maksimum ekologis, yang merupakan batas
bawah dan atas dari kisaran toleransi organisme itu terhadap kondisi faktor
lingkungannya
c.
Dispersal
dan distribusi ternyata memiliki arti yang sama tetapi dalam penyebarannya
antara dispersal dengan distribusi memiliki pola penyebaran yang berbeda.
d.
Penyebaran
temporal dapat berkaitan dengan perubahan hari dari terang dan gelap. Sementara
itu penyebaran temporal hewan lainnya dapat dikarenakan karena perubahan suhu
dan kelemban, musim, siklus bulan, atau siklus pasang surut air laut.
3.2 Saran
Mungkin hanya ini yang penulis bisa
sampaikan dalam penulisan makalah ini dan penulis menyadari masih bnyak
penulisan dari makalah ini yang masih banyak salah karena penulis menyadari
penulis hanya manusia biasa yang tak luput dari kesalahan. Maka dari itu
penulis meminta saran guna untuk motivasi dan perbaikan kedepannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar